Pengertian Qurban
Qurban
berasal dari bahasa Arab :
قَرُبَ
- يَقْرُبُ - قُرْبًا وَ قُرْبَانًا وَ قِرْبَانًا.
المنجد
Artinya
: "Mendekat/pendekatan".
Adapun
pengertian Qurban menurut agama yaitu, "Usaha pendekatan diri dari seorang hamba
kepada Penciptanya dengan jalan menyembelih binatang ternak dan dilaksanakan
dengan tuntunan, dalam rangka mencari ridla-Nya".
Firman
Allah SWT :
لَنْ
يَّنَالَ اللهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَل?كِنْ
يَّنَالُهُ التَّقْو?ى
مِنْكُمْ، كَذ?لِكَ
سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللهَ عَل?ى
مَا هَد?ىكُمْ،
وَ بَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ.
الحج: 3?
Daging-daging
unta itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridlaan) Allah dan tidak (pula)
darahnya, tetapi taqwa dari pada kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah
Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah atas
hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang
berbuat baik.
[QS. Al-Hajj : 37]
Hukum dan keutamaan Qurban
Menyembelih
qurban pada hari raya 'Iedul Adlha dan hari Tasyriq (tanggal 10, 11, 12 dan 13
Dzulhijjah) ini, hukumnya adalah Sunnah
Muakkadah.
Adapun
tentang keutamaan qurban, banyak diterangkan di dalam hadits-hadits dla’if,
diantaranya sebagai berikut :
عَنْ
عَائِشَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: مَا عَمِلَ ابْنُ ا?دَمَ
يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلًا اَحَبَّ اِلَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ،
وَ اِنَّهُ لَيَأْتِى يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِقُرُوْنِهَا وَ اَظْلَافِهَا وَ
اَشْعَارِهَا، وَ اِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ بِمَكَانٍ
قَبْلَ اَنْ يَقَعَ عَلَى اْلاَرْضِ، فَطِيْبُوْا بِهَا نَفْسًا.
ابن ماجه 2:
1045،
رقم: 3126،
ضعيف، فى اسناده ابو المثنى و اسمه سليمان بن يزيد
Dari
‘Aisyah bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Tidak ada amal anak Adam pada hari Nahr
('Iedul Adlha) yang paling disukai Allah ‘Azza wa Jalla selain daripada
menyembelih qurban, qurban itu akan datang kepada orang-orang yang melakukannya
pada hari qiyamat seperti semula, yaitu lengkap dengan anggotanya, tanduk, kuku
dan bulunya. Darah qurban itu lebih dahulu jatuh ke suatu tempat yang disediakan
Allah ‘Azza wa Jalla sebelum jatuh ke atas tanah. Oleh sebab itu, berqurbanlah
kalian dengan senang hati.
[HR. Ibnu Majah juz 2, hal. 1045, no. 3126, dlaif, karena dalam sanadnya ada
perawi bernama Abul Mutsanna, yang nama aslinya Sulaiman bin
Yazid]
عَنْ
زَيْدِ بْنِ اَرْقَمَ قَالَ: قَالَ اَصْحَابُ رَسُوْلِ اللهِ ص: يَا رَسُوْلَ
اللهِ، مَا ه?ذِهِ
اْلاَضَاحِيُّ؟ قَالَ: سُنَّةُ اَبِيْكُمْ اِبْرَاهِيْمَ. قَالُوْا: فَمَا لَنَا
فِيْهَا يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكُلِّ شَعَرَةٍ حَسَنَةٌ. قَالُوْا:
فَالصُّوْفُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكُلِّ شَعَرَةٍ مِنَ الصُّوْفِ
حَسَنَةٌ.
ابن ماجه 2:
1045،
رقم: 312?،
ضعيف فى اسناده ابو داود و اسمه نفيع بن الحارث و عائذ الله
Dari
Zaid bin Arqam, ia berkata : Para shahabat Rasulullah SAW bertanya, "Ya
Rasulullah, apakah udlhiyah itu ?". Jawab Nabi SAW, "Itulah sunnah ayahmu,
Ibrahim". Mereka bertanya, "Apa yang kita peroleh dari udlhiyah itu, ya
Rasulullah ?". Jawab beliau, "Pada tiap-tiap helai bulunya kita peroleh satu
kebaikan. Lalu para shahabat bertanya, “Bagaimana dengan bulu domba, ya
Rasulullah ?". Beliau SAW bersabda, “Pada tiap-tiap helai bulu domba kita
peroleh satu kebaikan”.
[HR. Ibnu Majah 2 : 1045, no. 3127, dlaif karena dalam sanadnya ada perawi
bernama Abu Dawud yang nama aslinya Nufai’ bin Al-Harits, ia matruk, tertuduh
memalsu hadits, dan ‘Aaidzullah, ia dla’if].
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ
يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلَّاناَ.
احمد 3:
20?،
رقم: 8280
Dari
Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mempunyai
kemampuan untuk berqurban tetapi tidak mau melaksanakannya, maka janganlah ia
dekat-dekat ke tempat shalat kami”.
[HR. Ahmad juz 3, hal. 207, no. 8280, dla’if karena dalam sanadnya ada perawi
bernama ‘Abdullah bin ‘Ayyaasy].
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَ لَمْ
يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا.
ابن ماجه 2:
1044،
رقم: 3123
Dari
Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mempunyai
kelapangan rezqi, tetapi tidak berqurban, maka janganlah mendekati tempat shalat
kami”.
[HR. Ibnu Majah juz 2, hal. 1044, no. 3123, dla’if karena dalam sanadnya ada
perawi bernama ‘Abdullah bin ‘Ayyaasy]
Keterangan
:
Hadits
riwayat Ahmad dan Ibnu Majah di atas dla’if, karena di dalam sanadnya ada perawi
bernama ‘Abdullah bin ‘Ayyaasy. Abu Dawud dan Nasaaiy berkata, “Ia dla’if”. Ibnu
Yunus berkata, “Ia munkarul hadits”. [Lihat Tahdzibut Tahdzib juz 5, hal.
307]
Comments
Post a Comment