Skip to main content

apa itu Cinta?


Banyak orang meski mengaku mencintai tapi tidak tau apa itu cinta. Ada yang menganggap cinta itu buta, padahal apabila cinta itu disamakan dengan kebutaan maka tidak akan ada bedanya dengan hawa nafsu. Bila cinta tidak dianggap buta berarti cinta itu melihat, akan tetapi jika cinta itu melihat maka artinya cinta itu mengamati, dan hasil pengamatan akan menimbulkan pemikiran. Sehingga tidak akan ada bedanya cinta dengan logika. Lalu sebenarnya apa cinta? Hm,.... sebagai seorang muslim kita harus menemukan jawabannya dari segi agama, bukan dari segi kira-kira atupun angan-angan yang tidak berdasar.
Sesuai firman Allah dalam QS Al-An’am ayat 12: (Katakanlah: "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi." Katakanlah: "Kepunyaan Allah." Dia telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang,....). Seorang muslim pasti tau bahwa Allah SWT memiliki sifat الرَّحْمنِ dan الرَّحِيْمِ yaitu Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dan dari sifat tersebut Allah mencurahkan rahmat kepada manusia berupa kasih sayang yang diwujudkan dalam satu rasa cinta. Jadi pada hakikatnya cinta itu bukan berasal dari hati ataupun dari pikiran, melainkan dari Allah SWT. Seorang muslim tidak akan mencapai keimanan yang sejati apa bila tidak memiliki cinta. Sesuai sabda Nabi SAW :
عَنْ اَنَسٍ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: لاَ يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلاَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ. البخارى 1: 9
Artinya: Dari Anas, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Tidak beriman seseorang diantara kalian, sehingga dia cinta untuk saudaranya sebagaimana dia cinta untuk dirinya sendiri". [HR. Bukhari juz 1, hal. 9].
           
            Lalu pada siapakah kita akan mengarahkan rasa cinta itu? Sebagai seorang muslim  kita memiliki porsi yang ideal untuk mencintai dalam hadis disebutkan:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ اْلاِيْمَانِ: اَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ اَحَبَّ اِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَ اَنْ يُحِبَّ اْلمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ اِلاَّ ِللهِ وَ اَنْ يَكْرَهَ اَنْ يَعُوْدَ فِى اْلكُفْرِ بَعْدَ اَنْ اَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ اَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ. البخارى و مسلم
Artinya: Tiga perkara, barangsiapa memilikinya ia akan merasakan lezatnya iman : cinta kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi kecintaannya kepada yang lain, cinta kepada orang lain karena Allah, dan membenci kekafiran sebagaimana ia merasa benci dicampakkan ke dalam neraka. [HR. Bukhari dan Muslim]
            Pada hadis tersebut dijelaskan tingkatan kemana kita mengarahkan cinta kita yaitu:
a.       Cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW
b.      Cinta kepada orang lain karena Allah bisa terhadap Orang tua, sahabat, ataupun yang lain selama orang tersebut sesasama umat islam, karena sesama orang islam adalah saudara, dan Tidak akan disebut beriman apabila tidak mencintai saudaranya sebagaimana cinta kepada dirinya sendiri.

Lalu bagaina sikap kita terhadap orang yang bukan muslim (kafir)? Padahal hadis diatas memerintahkan kita agar benci kepada kekafiran.
Memang benar hadis tersebut sahih, namun benci yang dimaksudkan dalam hadis ini bukan berarti benci kepada orang non muslim (kafir). Melainkan benci terhadap sifat-sifat kekafiran, salahsatunya seperti mempersekutukan Allah. Tentu saja kita harus membenci perbuatan ataupun sifat-sifat yang demikian itu. Dan sikap kita terhadap orang yang non muslim hendaknya kita saling menghormati dan tidak saling mengganggu dalam ibadah masing-masing. Sesuai firman Allah SWT dalam QS Al-Kafirun.
,أَعْبُدُ مَا عَابِدُونَ أَنْتُمْ وَلا,تَعْبُدُونَ مَا أَعْبُدُ لا,الْكَافِرُونَ أَيُّهَا يَا قُلْ
.دِينِ وَلِيَ دِينُكُمْ لَكُمْ,أَعْبُدُ مَا عَابِدُونَ أَنْتُمْ وَلا,عَبَدْتُمْ مَا عَابِدٌ أَنَا وَلا
Artinya: Katakanlah: "Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku".
[ QS Al-Kafirun ayat 1 - 6]

Bersambung,.........

Comments

Popular posts from this blog

Berjabat tangan dan bermuka manis.

عَنْ اَبِى ذَرّ قَالَ: قَالَ لىِ النَّبِيُّ ص: لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ اْلمَعْرُوْفِ شَيْئًا وَ لَوْ اَنْ تَلْقَى اَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ . مسلم 4: 2026 Dari Abu Dzarr, ia berkata : Nabi SAW bersabda kepadaku, "Janganlah kamu meremehkan sesuatu kebaikan meskipun berupa kamu bertemu saudaramu dengan wajah yang berseri-seri" . [HR. Muslim juz 4, hal. 2026] عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: كُلُّ مَعْرُوْفٍ صَدَقَةٌ، وَ اِنَّ مِنَ اْلمَعْرُوْفِ اَنْ تَلْقَى اَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ، وَ اَنْ تُفْرِغَ مِنْ دَلْوِكَ فِى اِنَاءِ اَخِيْكَ . الترمذى 3: 234، و قال: هذا حديث حسن صحيح Dari Jabir bin 'Abdullah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Setiap kebaikan adalah sedeqah, dan sesungguhnya termasuk kebaikan ialah kamu bertemu saudaramu dengan wajah yang berseri-seri, dan (termasuk kebaikan pula) kamu menuangkan air dari timbamu ke bejana saudaramu" . [HR. Tirmidzi juz 3, hal. 234, ia berkata : Ini hadits Hasan shahih...

Manusia Mahluk yang Sempurna

Manusia adalah mahluk yang paling sempurna dibanding mahluk lain yang diciptakan oleh Sang Maha Pencipta, baik sempurna untuk membawa kehancuran, sempurna untuk merusak, sempurna untuk ingkar, sempurna untuk memimpin, sempurna untuk memperbaiki, sempurna untuk menjaga, dan sempurna dalam hal-hal lain. Namun tentunya dari kesempurnaan tadi Allah tidak menghendaki manusia menjadi mahluk yang buruk, oleh karena itu Allah menurunkan Al-Qur’an untuk menjadi petunjuk bagi seluruh umat manusia, untuk membedakan yang hak dan yang bathil, untuk menjadikan pikiran yang gelap gulita menjadi terang benderang, dan menjadikan manusia yang mau dibimbing Al-Qur’an menjadi semulia-mulia mahluk. Semulia-mulia mahluk adalah manusia yang beriman. Untuk menjadi manusia yang beriman diperlukan belajar. “belajar apa?”, yaitu belajar dari Al-Qur’an dan sunah nabi. sebab tanpa belajar dari Al-Qur’an dan sunah nabi manusia tidak akan dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, tanpa belajar ma...

Halal Haram dalam Islam - Mencari Rezqi yang Halal

Dalam Islam mengatur segala urusan manusia di kehidupan dunia, salah satunya sebagai umat islam diwajibkan mencari rezqi yang halal. Berikut disampaikan dasar perintah (Al-Quran dan Hadis) dalam mencari rezqi yang halal. Firman Allah SWT : ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تَأْكُلُوْآ اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِاْلبَاطِلِ اِلآَّ اَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مّنْكُمْ، وَ لاَ تَقْتُلُوْآ اَنْفُسَكُمْ، اِنَّ اللهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا. وَ مَنْ يَّفْعَلْ ذلِكَ عُدْوَانًا وَّ ظُلْمًا فَسَوْفَ نُصْلِيْهِ نَارًا، وَ كَانَ ذلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيْرًا. اِنْ تَجْتَنِبُوْا كَبئِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفّرْ عَنْكُمْ سَيّاتِكُمْ وَ نُدْخِلْكُمْ مُدْخَلاً كَرِيْمًا . النساء:29-31 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (29) Dan barangsiapa...